Foto: Zinatul hayati

Oleh: Dhiya Shaphira (Kelompok Tunas Koetaradja)

Sebagai bagian dari GLI Batch 4 Regional Aceh, kelompok pemuda Tunas Koetaradja aktif menggelar rangkaian kegiatan melalui Green Innovation Week (GROW). GROW menjadi wadah bagi mereka untuk menerapkan pengetahuan dalam berbagai aksi nyata guna mengedukasi masyarakat Aceh dan mengurangi dampak perubahan iklim. Berikut Serangkaian Kegiatan yang tunas Koetaradja telah laksanakan:

Sosialisasi dan Penanaman Mangrove di Mangrove Park Lampulo

Rangkaian kegiatan dimulai pada 8 September 2024, dengan sosialisasi dan penanaman mangrove dengan tema “Bersama Kita Hijaukan Koetaradja: Mengenali Potensi Manggrove dalam Mengurangi Jejak Karbon”, di Mangrove Park Lampulo, Banda Aceh. Tujuan utama dari aksi ini adalah mendukung konservasi ekosistem pesisir sekaligus mengurangi dampak perubahan iklim. Mangrove memiliki peran penting dalam menyerap karbon dioksida dan melindungi kawasan pesisir dari ancaman abrasi, gelombang besar, dan tsunami. Selain itu, mangrove juga berfungsi sebagai tempat tinggal bagi berbagai jenis biota laut, memperkuat ekosistem pesisir yang sehat.

Selama kegiatan ini, lebih dari 15.000 bibit mangrove dari berbagai jenis ditanam di area seluas 8 hektar. Kegiatan ini melibatkan lebih dari 50 relawan, termasuk mahasiswa, komunitas pecinta lingkungan, dan alumni GLI. Fahri, Wakil Ketua Pemangku Peduli Mangrove Koetaradja, menyatakan bahwa kawasan mangrove di Aceh harus dijaga agar tetap menjadi ruang hijau yang penting. “Ini adalah langkah pertama dari banyak aksi lainnya yang akan kita lakukan untuk melindungi pesisir Aceh. Konservasi mangrove sangat vital untuk keberlanjutan lingkungan kita,” ujarnya.

Talkshow Instagram Live: Kerusakan Lingkungan dan Bencana di Aceh

Foto: Heni Wahyuni Hastari

Pada 9 September 2024, Tunas Koetaradja menggelar talkshow Instagram Live bertema “Kerusakan Lingkungan dan Bencana di Aceh”, yang dipandu oleh Zulhilmi dan menghadirkan Nasir Buloh, Deputi Walhi Aceh. Diskusi ini membahas masalah deforestasi di Aceh yang semakin mengkhawatirkan, terutama di wilayah Aceh Selatan, Subulussalam, dan Aceh Utara. Menurut Nasir, Aceh telah kehilangan 8.096 hektar hutan hanya dalam satu tahun terakhir. Faktor utama kerusakan ini adalah deforestasi, penebangan liar, dan pembangunan infrastruktur di kawasan hutan lindung.

Nasir juga menyoroti bahwa upaya pemulihan hutan di Aceh masih sangat minim. Dalam lima tahun terakhir, pemerintah baru berhasil memulihkan sekitar 3.000 hektar lahan yang terdeforestasi. Ia menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak, termasuk pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan warga setempat, dalam upaya melestarikan hutan. Zulhilmi menambahkan bahwa kerusakan lingkungan akibat deforestasi memiliki dampak jangka panjang pada ekosistem dan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam menghadapi bencana seperti banjir dan longsor.

Talkshow Inspiratif: Peran Pemuda dalam Mitigasi Bencana dan Perubahan Iklim

Foto: Heni Wahyu Hastari

Pada 10 September 2024, Tunas Koetaradja kembali mengadakan talkshow live Instagram bertema, “Peran Pemuda dalam Mitigasi Bencana dan Perubahan Iklim”. Acara ini mengundang dua narasumber inspiratif, Ahmad Zaky Marjan sebagai pendiri YDAF Aceh, dan Nabilla Maharani sebagai Koordinator RAKAN-SMONG GEN-A. Acara ini membahas peran penting pemuda dalam menghadapi dampak perubahan iklim dan bencana alam.

Ahmad Zaky mengungkapkan bahwa keterlibatan langsung pemuda dalam aksi lingkungan sangat penting. Ia mengapresiasi Tunas Koetaradja yang telah melaksanakan berbagai kegiatan edukatif dan aksi nyata, seperti penanaman mangrove. “Pemuda harus terlibat tidak hanya dalam diskusi tetapi juga aksi di lapangan. Dengan keterlibatan langsung, kita bisa memberikan dampak nyata bagi kelestarian lingkungan,” jelas Ahmad Zaky.

Nabilla Maharani menambahkan bahwa mitigasi bencana dapat dimulai dari hal-hal sederhana seperti edukasi kepada masyarakat dan anak-anak. “Melalui edukasi yang konsisten, kita bisa meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan dan meminimalkan risiko bencana,” ungkapnya.

Acara ini juga memberikan kesempatan bagi para peserta untuk berpartisipasi aktif. Hayati, salah satu peserta, menyampaikan pandangannya bahwa pemuda bisa memulai dari langkah-langkah kecil seperti edukasi kepada anak-anak dengan simulasi bermain yang mengajarkan mereka tentang mitigasi bencana. Diskusi ini memberikan wawasan baru bagi para peserta tentang pentingnya kontribusi pemuda dalam menjaga lingkungan.

Kampanye Lingkungan di Pekan Olahraga Nasional Aceh-Sumut 2024: Dorongan Penggunaan Tumbler dan Pengelolaan Sampah

Foto: Zinatul Hayati

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, Tunas Koetaradja menggelar kampanye lingkungan di ajang PON Aceh-Sumut 2024, pada 12 September 2024. Kampanye ini berfokus pada edukasi terkait pengurangan sampah plastik dengan mengajak masyarakat dan peserta PON untuk menggunakan tumbler sebagai pengganti botol plastik sekali pakai.

Dalam kampanye ini, Tunas Koetaradja melakukan wawancara lapangan dengan beberapa narasumber yang memberikan apresiasi terhadap inisiatif tersebut. Rizki Fadhilah, anggota Satgas dari Kalimantan Selatan, menyebut bahwa Aceh memiliki pengelolaan sampah yang baik selama perhelatan PON. Ia juga menyambut baik ajakan penggunaan tumbler sebagai langkah positif dalam mengurangi sampah plastik. “Saya sudah mulai menggunakan tumbler dalam beberapa acara lingkungan, dan ini sangat membantu mengurangi sampah. Ajakan ini perlu lebih sering digencarkan di acara-acara besar,” ungkapnya.

Ardiansyah, atlet anggar dari Sulawesi Selatan, juga menyatakan kekagumannya terhadap kebersihan dan keindahan Aceh. Ia berharap agar PON Aceh-Sumut 2024 bisa menjadi contoh bagi acara besar lainnya dalam hal pengelolaan sampah. “Saya sangat mendukung gerakan penggunaan tumbler. Ini adalah langkah kecil yang bisa berdampak besar jika diterapkan secara luas,” ujarnya.

Selain itu, Ibu Yakob Balok, anggota DPR Papua, memuji Aceh atas kebersihan dan pengelolaan lingkungannya selama PON berlangsung. Ia menyebut bahwa inisiatif penggunaan tumbler adalah langkah yang cerdas dan harus diikuti oleh semua peserta PON. “Kampanye ini sangat baik untuk mengurangi sampah plastik dan mendorong kesadaran lingkungan yang lebih luas,” tambahnya.

Kelompok pemuda Tunas Koetaradja aktif menggelar rangkaian kegiatan melalui Green Innovation Week (GROW). Kelompok ini terdiri dari Zulhilmi, Dhiya Shaphira, Tika Rahmayani, M. Satar Kusuma, Melsya Shalsabilla, Hidayat Syah Al Hakim, Heni Wahyu Hastari dan Zinatul Hayati. Mereka bersama-sama berkomitmen untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam berbagai aksi nyata guna mengedukasi masyarakat Aceh dan mengurangi dampak perubahan iklim. Rangkaian kegiatan ini menjadi wujud nyata komitmen Tunas Koetaradja dalam mengedukasi masyarakat, mendorong tindakan nyata dalam mitigasi bencana, dan menjaga kelestarian lingkungan di Aceh. Dengan dukungan dari berbagai pihak. Mereka berharap dapat terus berkontribusi dalam perubahan positif dan membangun kesadaran publik tentang pentingnya pelestarian lingkungan di Aceh dan Indonesia. (ed. Diki Angger)