Foto: Hi-Fi Frames

Oleh: Hamdi Setiyawan (Kelompok Nawadhara Indonesia)

Samarinda, 13 September 2024 – Nawadhara Indonesia menginisiasi sebuah acara penting dalam rangkaian Green Heart Festival yang bertujuan untuk menggalang kesadaran tentang lingkungan hidup dengan berfokus pada inklusivitas, konservasi, dan keberlanjutan. Dalam acara ini, berbagai sub-kegiatan menarik digelar, dimulai dengan sebuah talk show inspiratif yang bertajuk “Ruang Kolaborasi Lingkungan Hidup yang Inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus dan Perempuan”.

Talk show ini menghadirkan dua narasumber yang berkompeten di bidangnya. Fahrul Raji dari Sahabat Hati dan Konektor Samarinda, serta Hanna Pertiwi, pendiri Puan Lestari, berbagi pandangan tentang pentingnya membuka ruang kolaborasi yang inklusif bagi kelompok rentan, termasuk anak berkebutuhan khusus dan perempuan, dalam isu-isu lingkungan hidup. Diskusi yang dipandu oleh Irsan dari Nawadhara Indonesia ini menekankan bagaimana keberagaman dalam keterlibatan publik dapat menjadi kekuatan untuk menghadapi tantangan-tantangan lingkungan secara holistik.

Image: Hamdi Setiyawan

Selain itu, Nawadhara Indonesia juga melakukan peluncuran dua buku penting dalam upaya meningkatkan literasi lingkungan. Buku pertama yang diluncurkan berjudul “Tentang Karang Mumus”, yang menceritakan perjalanan konservasi dan tantangan yang dihadapi dalam menjaga ekosistem sungai Karang Mumus. Buku kedua, “Si Pahu”, merupakan cerita anak yang mengangkat nilai-nilai kelestarian alam melalui tokoh Pahu, satwa khas Kalimantan Timur. Peluncuran buku ini dihadiri oleh Syamsuddin, perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur, yang memberikan dukungannya terhadap inisiatif Nawadhara Indonesia dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan sejak dini.

Image: Ge Project

Buku-buku tersebut diharapkan mampu memberikan informasi edukatif dan menarik untuk semua kalangan, khususnya generasi muda di Kalimantan dan Indonesia pada umumnya agar lebih peduli terhadap isu-isu lingkungan serta peran penting mereka dalam menjaga kelestarian alam. Dengan pendekatan yang informatif dan mudah dipahami, buku ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terlibat aktif dalam upaya pelestarian lingkungan, baik melalui aksi nyata maupun perubahan pola pikir yang lebih ramah lingkungan.

Setelah sesi peluncuran buku, acara dilanjutkan dengan talk show kedua yang tak kalah menarik, berjudul “Upaya Konservasi Alam dan Pengelolaan Sampah Menjadi Produk”. Pada diskusi ini, Theresia Tinenti dari Centre for Orangutan Protection dan Hairil Anwar, Direktur Asiana Recycle Indonesia, berbagi wawasan tentang upaya pelestarian alam dan inovasi dalam mengolah sampah menjadi produk yang bermanfaat. Moderator Alisah dari Nawadhara Indonesia memandu diskusi yang menyoroti pentingnya aksi nyata dalam pengelolaan sampah dan perlindungan ekosistem, yang menjadi bagian penting dari agenda keberlanjutan global.

Tidak hanya itu, selama Green Heart Festival, kami juga menghadirkan pameran bertema “Orang Utan: Penjaga Hutan, Penyelamat Bumi”. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran publik akan ancaman yang dihadapi orang utan serta langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melindungi mereka. Kolaborasi ini diharapkan mampu menjembatani kesenjangan antara pengetahuan masyarakat umum dan urgensi aksi nyata untuk penyelamatan orang utan serta pelestarian hutan. Kolaborasi ini juga bertujuan untuk mengajak berbagai pihak, mulai dari komunitas lokal, pemerintah, hingga sektor swasta, agar bersama-sama berperan aktif dalam upaya konservasi orang utan dan hutan

Green Heart Festival oleh Nawadhara Indonesia merupakan sebuah langkah konkret untuk menyatukan berbagai elemen masyarakat, dari komunitas lokal hingga organisasi lingkungan, dalam usaha bersama menjaga dan merawat bumi. Dengan kolaborasi inklusif dan upaya inovatif yang digelar, diharapkan akan terwujud kesadaran kolektif untuk mewujudkan lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi semua. (ed. Diki Angger)