Foto: Reizha Ananda

Oleh: Muhammad Luqman, Raditya Raksi Putra,Nur Laila, Jihan Ammatuz, Gilang Fajrilansha, Syifa Fitriani, Nur Izzah Syakaromansyah (Kelompok: OPET.PROJECT)

Jakarta – Minggu, (8/09/2024) Opet.Project sebagai kelompok peserta Green Leadership Indonesia Batch 4 telah menyelesaikan kegiatan Green Innovation Week (GROW) yang dilaksanakan di beberapa titik Jakarta Utara, seperti Kampung Susun Akuarium, Ecomarine Tourism Mangrove, dan SMP Muhammadiyah 36 Jakarta. Kegiatan yang bertemakan “Pollution, Mangrove and Plastic Waste”, ini didukung oleh Komunitas Mangrove Muara Angke (KOMMA), Si Paling Lingkungan, dan individu yang berasal dari RUJAK Center of Urban Studies.

Diskusi dengan Warga Kampung Susun Akuarium

Kegiatan pertama pada tanggal 2 September, kelompok ini berkunjung ke Kampung Susun Akuarium, bertemu dengan pengelola hubungan masyarakat yaitu Ibu Dharma Diani. Beliau menyampaikan beberapa hal, “Pembangunan Kampung Susun Akuarium merupakan program strategis Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dalam hal peningkatan kualitas kawasan permukiman dan masyarakat yang bertujuan untuk memfasilitasi warga DKI Jakarta memenuhi rasa keadilan dalam bermukim. Memenuhi kebutuhan layak huni, nyaman, dan terjangkau. Sehingga, Jakarta tidak hanya maju kotanya, tapi bahagia warganya.” 

Setelah berdiskusi dengan Ibu Dharma, kelompok Opet.Project beralih bertemu dengan Ibu Dian Irawati dari RUJAK Center of Urban Studies. Mereka berdiskusi mengenai tata kelola Kampung Susun Akuarium, polusi dan juga masa depan Jakarta. Beliau menyampaikan, “Tata letak Kampung Susun Akuarium ini (telah) bertransformasi. Kondisi kampung ini di bagian dalamnya, sirkulasi udara, dan cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruangan teras. Namun, di Kampung Susun Akuarium ini belum banyak ruang terbuka hijau dan juga belum ada tempat pengelolaan sampah mandiri,” jelasnya.

Tim Opet.Project juga menyampaikan bahwa posisi Kampung Susun Akuarium ini sangat berdekatan dengan pelabuhan yang menyumbang karbon sangat banyak. Hal tersebut penyebab utamanya karena aktivitas kendaraan bermotor. Di lokasi ini buffer atau penyangga karbon masih belum optimal dan belum ada tempat pengelolaan sampah. Jadi mereka diserang luar-dalam oleh karbon,” ujar Raditya, salah satu anggota Opet.Projet. 

Kegiatan disambung pada 3 September di mana Tim Opet.Project mengunjungi Ecomarine Tourism Mangrove (KOMMA), bertemu dengan salah satu pengelola, yaitu Bapak Said. Beliau menyampaikan, “Pengelolaan hutan ini sangat sulit, perlu bertahun-tahun untuk merawatnya. Sekarang hutan ini sudah ditumbuhi lebih dari 80.000 pohon mangrove dan juga wilayah ini sebagai muara, dipenuhi dengan sampah yang berasal dari JABODETABEK,” jelasnya. 

Luqman, sebagai salah satu anggota menyampaikan,  “Kondisi hutan ini sangat memprihatinkan karena tumbuh banyak, tidak terlalu lebar namun tinggi dan memungkinkan ini disebabkan sampah yang menumpuk di permukaan tanah hutan mangrove,” ujarnya.

Mengidentifikasi dan Menghitung Serapan Karbon oleh  Mangrove 

Kegiatan selanjutnya adalah mengidentifikasi dan menghitung serapan karbon mangrove, pada 8 September, di wilayah Ecomarine Tourism Mangrove. Didapati beberapa tumbuhan jenis mangrove di sana seperti, Rhizophora sp., Avicennia sp., Sonneratia sp., dan Nypa fruticans. Tumbuhan tersebut merupakan mangrove sejati yang terletak pada ujung pesisir, bersinggungan dengan pasang surut air laut. Kemudian perhitungan serapan karbon, didapatkan hanya sekitar 2 ton/ha serapan karbon mangrove dalam 2 titik berukuran 10×10 meter. Tentu kondisi ini menjadi masalah bagi warga Jakarta Utara, karena penyerapan karbon yang sangat sedikit kurang mampu menyangga karbon yang banyak dihasilkan. Perlu dibangun kesadaran dan pembiasaan masyarakat untuk melakukan tindakan yang lebih ramah lingkungan. 

Foto: Opet.Project

Edukasi Peduli Lingkungan Kota

SMP Muhammadiyah 36 Jakarta menjadi target lokasi untuk edukasi terkait kondisi lingkungan saat ini, mengenai polusi, hutan mangrove dan pendidikan lingkungan. Program edukasi ini berupa seminar penanganan krisis iklim yaitu polusi, mangrove dan workshop pengolahan sampah. Dilaksanakan pada hari Senin, 9 September, tak kurang dari 140 peserta didik turut berpartisipasi. Berdasarkan perolehan hasil pre test dan post test, diketahui pemahaman peserta didik mengenai lingkungan mengalami peningkatan. Keakuratan jawaban dari pertanyaan yang diberikan sebelum kegiatan adalah 48% secara keseluruhan. Setelah pemaparan materi, keakuratan jawaban peserta didik naik menjadi 57% secara keseluruhan. 

Dari sepuluh pertanyaan yang diberikan, satu di antaranya adalah mengenai penyebab polusi udara. Dari pertanyaan itu, mendapatkan 22% akurasi jawaban saat pre test. Kemudian, akurasinya meningkat menjadi 33% saat post test. Kenaikan ini menandakan pemahaman peserta didik akan penyebab polusi udara yang mungkin terjadi di lingkungannya meningkat. Bukan hanya itu, pemahaman peserta didik mengenai fungsi mangrove pada saat pre test sebesar 66% dan saat post test meningkat menjadi 73%. 

Melalui program ini, peserta didik dibekali pula pemahaman secara langsung mengenai pemilahan sampah. Terutama, sampah yang berasal dari produk sekali pakai. Seperti halnya, kaleng minuman, botol pewangi badan, semprotan obat nyamuk, popok, kemasan kertas, dan juga kantong kresek. Peserta didik pun dianjurkan untuk mengurangi pemakaian produk dengan penggunaan plastik sekali pakai. Hal ini karena, dampaknya pada lingkungan dalam jangka panjang. Selain itu, mereka harus mengolah sampah sekali pakai tersebut dengan cara seminimal mungkin memilah sampah sebelum dibuang. Sebab, dari satu sampah sekali pakai setidaknya masih bisa dimanfaatkan menjadi barang lain. 

Program ini ditutup dengan membuat komitmen bersama panitia, peserta didik, dan seluruh warga sekolah untuk menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu untuk memulai kebiasaan hidup yang mendukung kelestarian lingkungan. Dengan demikian, sebagai manusia dapat bersikap adil terhadap alam yang sudah memberikan segalanya untuk kelangsungan hidup manusia. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari harapan supaya manusia dan alam dapat hidup bersama dan berbahagia. (ed. Diki Angger)