Sumber Foto: Luqman-LEVA
Oleh: Muhammad Luqman Ar Rasyid
Hutan mangrove secara umum dapat dijelaskan sebagai ekosistem yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang dan terpengaruh oleh pasang surut air laut, namun tidak dipengaruhi oleh perubahan iklim. Kawasan hutan mangrove dikenal dengan istilah vloedbosh yang artinya hutan payau. Berasal dari kata mangue (bahasa portugis) yang artinya tumbuhan dan grove (bahasa inggris) yang artinya belukar atau hutan kecil di tepi laut (Rawena et al., 2020).
Indonesia memiliki kekayaan hutan mangrove seluas 3.489.140,68 hektar, hampir 23% luas hutan mangrove di dunia (Sinabang et al., 2023). Dengan adanya hutan mangrove di Indonesia yang memiliki kemampuan menyerap karbon 3–5 kali lebih banyak daripada hutan pada umumnya, menjadikan hutan mangrove sebagai pendukung penyeimbang keadaan kondisi iklim (Martuti et al., 2018). Luasnya hutan mangrove di Indonesia menjadikan hutan mangrove dapat menjadi penghubung antara daratan dan lautan.
Dalam buku karya Fransisca Emilia yang terbit tahun 2023, menyampaikan bahwa mangrove sebagai penjaga atau pelindung makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Terdapat kalimat “sebagai penghubung darat dan laut” yang menandakan adanya keterkaitan hutan mangrove yang berada di pesisir dengan sebuah daratan. Oleh sebab itu, dalam artikel ini akan dibahas mengenai alasan bahwa mangrove sebagai penghubung darat dan laut dalam sistem zonasi flora hutan mangrove.
Hutan mangrove, awalnya berada pada lingkungan pasang surut air laut saja. Namun terdapat beberapa tumbuhan yang dapat beradaptasi yang menyebabkan terjadi distribusi mangrove. Menjadikan hutan mangrove memiliki zonasi seperti mangrove mayor,minor dan asosiasi. Mangrove mayor, dapat disebut juga mangrove sejati, merupakan tumbuhan yang khas dan optimal beradaptasi dengan kondisi lingkungan ekstrem di ekosistem mangrove. Mereka memiliki berbagai adaptasi yang khusus yang memungkinkan mereka untuk tumbuh dan berkembang di lingkungan pesisir yang mengalami pasang surut,salinitas tinggi dan tanah yang tergenang (Karimah, 2017). Mengenai mangrove sejati/mayor ini memiliki ciri-ciri seperti: pertama, adaptasi salinitas: Mangrove sejati memiliki mekanisme yang efisien untuk mengatur kadar garam. Beberapa spesies dapat mengeluarkan garam berlebih melalui daun atau system akar yang membantu mengontrol penyerapan garam; kedua, akar pneumatic: akar mangrove sejati memiliki akar pneumatic atau jangkar , yang menonjol dari tanah. Akar ini memungkinkan bagi mereka untuk mendapatkan oksigen dari udara karena tanah di ekosistem mangrove seringkali kekurangan oksigen.
Ketiga, peran ekologis yang dominan: mangrove sejati seringkali membentuk struktur utama dari hutan mangrove, berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi,menyediakan habitat bagi berbagai fauna dan berkontribusi dalam penyaringan air; keempat, reproduksi: spesies mangrove sejati biasanya memiliki benih atau propagul yang dapat bertahan di lingkungan mangrove dan mulai tumbuh sebelum jatuh dari pohon induknya, memungkinkan penyebaran yang efisien.
Terdapat beberapa contoh Mangrove Sejati, diantaranya:
- Rhizopora sp. (Bakau), terkenal dengan akar pneumatik yang khas, memiliki peran penting dalam stabilitas tanah dan perlindungan pantai dari erosi.
- Avicennia sp. (Api-Api), memiliki ciri khas mengeluarkan garam berlebih melalui daun dan akar pneumatik berbentuk seperti pensil yang membantu mengambil oksigen dan penyaringan air.
- Bruguiera sp. (Putut) , memiliki akar pneumatic bentuk seperti papan dan lutut yang peranannya untuk menyerap oksigen dan penyaringan air.
- Sonneratia sp. (Pidada), memiliki akar pneumatic yang bentuk seperti akarnya seperti pensil yang peranannya untuk menyerap oksigen dan penyaringan air. Selain itu tumbuhan ini memiliki buah dan bunga yang dimanfaatkan oleh fauna di sekitarnya untuk memenuhi kehidupannya.
Dilanjutkan dengan zonasi mangrove minor, merujuk pada spesies tumbuhan yang tumbuh di ekosistem mangrove tetapi tidak mendominasi atau tidak memiliki adaptasi ekstrim seperti mangrove sejati (Ghufrona et al., 2015). Meskipun mereka tidak sekuat mangrove sejati dalam hal adaptasi terhadap salinitas tinggi dan kondisi tanah yang tergenang, mereka tetap memainkan peran penting dalam ekosistem mangrove dengan kemampuan: pertama, adaptasi lingkungan: memiliki adaptasi yang memungkinkan mereka untuk tumbuh di lingkungan mangrove, tetapi adaptasi tidak sekuat atau spesifik seperti yang dimiliki mangrove sejati. Mereka beradaptasi dengan berbagai kondisi salinitas dan tanah tetapi tidak selalu memiliki fitur khas seperti akar pneumatic; kedua, peran Ekologis: Meskipun tidak dominan, mangrove minor berkontribusi pada keragaman spesies dan struktur ekosistem mangrove. Mereka sering ditemukan di area yang tidak didominasi oleh mangrove sejati atau di bagian tertentu dari ekosistem yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda; ketiga, reproduksi dan Penyebaran: Mangrove minor mungkin memiliki mekanisme reproduksi yang berbeda, dan beberapa mungkin lebih bergantung pada penyebaran benih melalui arus air atau hewan daripada adaptasi ekstrem.
Berbeda dengan Mangrove Sejati, contoh Mangrove Minor, antara lain:
- Xylocarpus sp. (Nyirih), tumbuhan ini sering ditemukan di zona mangrove, terutama di bagian hulu estuari. Mereka memiliki adaptasi yang memungkinkan mereka untuk tumbuh di lingkungan salinitas tinggi tetapi tidak memiliki akar pneumatik yang khas seperti beberapa mangrove sejati.
- Lumnitzera sp., spesies ini dapat ditemukan di area dengan salinitas bervariasi dan sering tumbuh di tanah dengan kondisi yang sedikit berbeda dari habitat utama mangrove.
Dilanjutkan dengan zonasi mangrove asosiasi, tumbuhan mangrove asosiasi ini jarang tumbuh di komunitas mangrove yang sebenarnya atau sejati dan terkadang hanya ditemukan di vegetasi daratan atau terestrial (Muzaki et al., 2019). Contoh tumbuhan asosiasi yaitu:
- Cerbera manghas (Bintaro), tumbuhan ini terletak pada salinitas rendah atau menengah jadi letaknya tidak seperti mangrove sejati, selain itu tumbuhan ini memiliki peran untuk menjaga kondisi tanah dan pencegah erosi.
- Terminalia catappa (Ketapang), tumbuhan yang terletak pada salinitas rendah atau menengah. Selain itu ketapang ini berperan untuk menyerap nutrisi dari tanah dan air, daun yang juga berfungsi sebagai bahan organik yang dikonsumsi oleh ekosistem di sekitarnya (Ansoridani et al., 2023).
Dengan adanya zonasi hutan mangrove mulai dari mangrove mayor, minor dan asosiasi dapat menjadi indikator bahwa tumbuhan hutan mangrove itu dapat hidup dalam banyak kondisi mulai dari pesisir hingga daratan. Selain itu, melalui sistem zonasi mangrove, dapat menjadi indikator bahwa ketika ada tumbuhan asosiasi hutan mangrove yang tumbuh di tepi jalan, menandakan bahwa jalan tersebut dulunya adalah wilayah pesisir atau rawa dan juga dapat menandakan jalan tersebut dekat pesisir. [ed. Amalia Zulfa]
DAFTAR PUSTAKA
Ansoridani, H., Duryat, D., Riniarti, M., & Yuwono, S. B. (2023). POLA ZONASI DAN KERAGAMAN JENIS VEGETASI MANGROVE DI DESA SIDODADI, KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG. Wanamukti, 26(1), 13-24. DOI: http://dx.doi.org/10.35138/wanamukti.v26iI.579
Ghufrona, R. R., Kusmana, C., & Rusdiana, O. (2015). KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR HUTAN MANGROVE DI PULAU SEBUKU, KALIMANTAN SELATAN. Jurnal Silvikultur Tropika, 6(1), 15-26. https://journal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/download/9726/7614/0
Karimah, K. (2017). Peran Ekosistem Hutan Mangrove Sebagai Habitat Untuk Organisme Laut. Jurnal Biologi Tropis, 17(2), 51-58. https://media.neliti.com/media/publications/273833-peran-ekosistem-hutan-mangrove-sebagai-h-a0aa7758.pdf
Martuti, N. K. T., Setyowati, D. L., & Nugraha, S. B. (2018). Ekosistem mangrove: perannya di pesisir. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakarat, Universitas Negeri Semarang. http://lib.unnes.ac.id/33810/
Muzaki, F. K., Saptraini, D., DT, I. T., Aunurohim, A., Muryono, M., & Desmawati, I. (2019). Panduan Lapangan Identifikasi Jenis Mangrove Pesisir Jawa Timur. Laboratorium Ekologi – Departemen Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember. https://www.researchgate.net/profile/Farid-Muzaki-2/publication/349714745_Identifikasi_Jenis_Mangrove_Pesisir_Jawa_Timur_-_compressed_opt/links/603e3d2c92851c077f0eee82/Identifikasi-Jenis-Mangrove-Pesisir-Jawa-Timur-compressed-opt.pdf
Rawena, G. o., Wuisang, C. E. V., & Siregar, F. O.P. (2020). PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP EKOSISTEM MANGROVE DI KECAMATAN MANANGGU. Jurnal Spasial, 7(3), 343-351. https://doi.org/10.35793/sp.v7i3.32124
Sinabang, I., Waruwu, K. D., & Pauliana, G. (2023). Analisis Pemanfaatan Keanekaragaman Mangrove oleh Masyarakat di Pesisir Pantai Mangrove Paluh Getah. J-CoSE: Journal of Community Service & Empowerment, 1(1), 10-21. https://doi.org/10.58536/j-cose.v1i1.7
Recent Comments